Rabu, 28 April 2010

Kebudayaan Sungai Kuning (Tiongkok) dan Perkembangannya

Sungai Kuning merupakan sungai terpanjang ke dua di Cina. Sungai ini memiliki julukan ”Sungai Ibu” dan memiliki panjang 5.460 kilometer serta mengalir dari plato Tibet di Cina bagian barat laut menuju ke Laut Bohai di sebelah timur. Lebih dari 3000 tahun yang lalu, di sekitar sungai ini berkembang kebudayaan Sungai Kuning yang lebih dikenal sebagai kebudayaan Tongkok. Kebudayaan ini sangat awet karena merupakan satu-satunya kebudayaan yang masih ada dari jaman dahulu sampai sekarang dan masih original karena hanya menerima sedikit pengaruh dari kebudayaan lain. Hal tersebut terjadi karena letak sungai ini secara geografis agak terisolir dari daerah kebudayaan lain. Di sebelah timur dibatasi oleh Samudra Pasifik, di sebelah utara terdapat Gurun Gobi, di sebelah barat dan selatan terbentang Pegunungan Himalaya dan Pengunungan Annam. Mungkin pada zaman sekarang daerah-daerah tersebut bukan lagi halangan untuk menjalin komunikasi antar budaya, namun pada zaman itu adalah hal yang sangat sulit apabila mereka ingin berkomunikasi. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan ini masih sangat murni.


Tetapi kemudian, seiring berjalannya waktu, kebudayaan Tiongkok mulai berkembang meluas ke seluruh daerah Asia Timur. Perluasan kebudayaan ini terjadi dengan dua cara. Yang pertama melalui cara paksa yaitu dengan menakhlukan tetangga-tetangganya dan memaksakan kebudayaan. Penakhlukan merupakan anjuran dari leluhur agar dapat memperluas wilayah dengan cara perang dan sebagainya. Cara yang kedua adalah penerimaan budaya dengan sukarela seperti yang terjadi pada Jepang. Jepang menerima dan meniru kebudayaan Tiongkok secara sadar dan menyeluruh setelah mengakui superioritas kebudayaan ini.


Terdapat berbagai macam cerita tentang asal mula kebudayaan Tiongkok ini. Mulai dari Kaisar Kuning (Kaisar Huang Ti) yang membuat senjata dari batu giok serta istrinya yang mengelola cara pemliharaan ulat sutera, lalu Yu yang terkenal berhasil memberantas banjir-banjir besar serta sebagai pendiri dinasti Tiongkok pertama (Dinasti Hsia). Setelah dinasti Hsia runtuh, kemudian digantikan dengan dinasti Shang yang merupakan dinasti legendaris karena mulai mengenal tulisan. Kemudian menyusul dinasti Chou yang merupakan dinasti feodal dan menguasai kerajaan-kerajaan tetangganya. Namun, seiring berjalannya waktu, kekuatan itu luntur pada ’Periode Catatan Musim Bunga’ dan memuncak pada ’Periode Peperangan Antar Negara’ yang akhirnya menyebabkan runtuhnya dinasti Chou. Dua periode tadi merupakan periode yang terkenal dalam sejarah Tiongkok. Kemudian munculah Kaisar Shih Huang dari negara Ch’in pada tahun 221 SM yang mempelopori pembentukan Negara Kesatuan untuk pertama kalinya dalam sejarah Tiongkok.


Dalam menjalankan sebuah negara, apabila terdapat kekacuan dalam suatu bidang, pasti akan mempengaruhi bidang yang lain. Untuk itu diperlukan ide-ide baru dan cara yang baik untuk memerintah negara. Lalu, munculah ”Seratus Aliran Fikiran” (The Hundred Schools of Thought) yang memunculkan pemikir-pemikir baru. Filsuf yang petama adalah Konfusius, beliau menganjurkan ajaran harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan manusia. Apabila masing-masing bertindak dan menjalankan tugasnya sesuasi dengan kedudukannya, maka tidak akan terjadi perebutan kekuasaan. Kemudian ada Bapak Taoisme yaitu Lao-tze, para legalis Shang Yang dan Han Fei-tze yang menganjurkan adanya kerajaan pusat serta pemerintahan yang berdasarkan hukum, lalu Meng-tse dan Hsun-tze yang menulis tentang peperangan yang sempat dipergunakan Mao Tse-tung saat dia memimpin strategi militer partai komunis pada abad ke-20.


Negara kesatuan Tiongkok terbentuk pada tahun 221 SM. Wilayahnya meliputi sebelah utara Sungai Yang-tze tetapi tidak termasuk Mongolia Dalam. Dibawah dinasti Han pada tahun 206 SM, daerah Tiongkok diperluas di sebelah utara sehingga Mongolia Dalam masuk ke wilayahnya serta diperluas ke sebalah timur yaitu daerah Korea Utara dan ke selatan meliputi Vietnam Utara. Dibawah dinasti selanjutnya yaitu Dinasti T’ang (618-907) wilayah Tibet akhirnya masuk ke dalam kekuasaan. Dengan masuknya Tibet pada abad ke-9, Tiongkok berarti sudah mempunya batas yang sama seperti sekarang ini. Hal tersebut membuktikan bahwa kebudayaan yang awalnya hanya berkembang di lembah Sungai Kuning dapat meluas ke daerah Asia Timur.


Tiongkok dan Vietnam

Dibawah dinasti Han, Vietnam mulai dikuasai oleh bangsa Tionghoa (Bangsa Han). Setelah gagalnya pemberontakan terhadapa bangsa Han ini, di Vietnam terjadi periode Penjajahan Tiongkok selama 1000 tahun (111 SM-999 M). Pada masa Dinasti T’ang, Vietnam dijadikan protektorat. Kata Vietnam berasal dari bahasa Tionghoa yang berarti melampaui (perbatasan) selatan. Orang Tionghoa menyebut negaranya sebagai pusat kebudayaan yang terletak di tengah dunia (Tiongkok atau Chung Kuo berarti negara tengah), mereka menganggap bangsa selain Tiongkok adalah bar-bar. Mereka menyebut orang Hsiung-nu Mongolia sebagai ‘babar utara’ karena selalu menginvasi dan akhirnya memaksa bangsa Han untuk membangun Tembok Besar untuk melindungi perbatasan utara. Ada juga kaum barbar barat dan selatan serta kaum barbar dari seberang lautan yaitu bangsa kulit putih yang singgah pasa abad ke-19. Di sebelah utara sungai Yang-tze hiduplah suku bangsa Han (Tiongkok) dan di sebelah selatan sungai Yang-tze tinggallah 100 suku bangsa Yueh. Mereka mengalami prosen Han-hwa atau proses menjadi orang Han. Namun ada beberapa suku Yue yang tetap mempertahankan kepribadian dan sifat-sifat khususnya sehingga dapat berkembang sebagai suatu bangsa tersendiri. Pada abad ke-10, bangsa Vietnam berhasil mengusir penjajah Tiongkok dan mendirikan suatu negara di bawah dinasti nasional, namun mereka tetap menggunakan beberapa kebudayaan dan memiliki ikatan tersendiri dengan Tiongkok.


Tiongkok dan Korea

Pengaruh Tiongkok di Korea dimulai dibawah pimpinan Dinasti Han pada abad ke 3 SM. Menurut mitologi, seorang bernama Kija mendirikan kerajaan bernama Choson. Pada abad ke-2 SM seorang Tionghoa bernama Wiman merebut tahta kerajaan Choson ini. Singkatnya, daerah Korea sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa dan ini juga disebabkan karena banyak orang-orang Tionghoa yang melarikan diri ke daerah ini pada waktu terjadi perang dan kekacauan di Tiongkok saat periode Perang Antar Negara. Pada tahun 109 SM, Kaisar Han Wu-ti menginvasi negara Choson dan mendirikan 4 komanderi, salah atunya adalah Lo-lang (Nangnang dalam bahasa Korea) di Korea Utara dan Tengah. Kolonosasi di ini Berlangsung selamat empat abad. Setelah mengalami regenerasi nasional, Korea tetap memperlihatkan pengaruh kebudayaan Tiongkok.


Tiongkok dan Jepang

Masuknya Jepang dalam kebudayaan Tiongkok karena Jepang memang menerima dan meniru kebudayaan Tiongkok ini, bukan karena paksaan. Yang membawa kebudayaan ini adalah orang-orang Tionghoa dan Korea yang melarikan diri dari Korea ke Jepang pada saat perang. Secara sadar, masyarakat Jepang menerima dan meniru kebudayaan Tiongkok serta pada abad ke-6 Jepang menganut agama budha yang dahulu masuk ke Tiogkok dari India. Pada tahun 645 terjadi perisiwa Perubahan Taika yaitu usaha Jepang mengadakan perubahan besar di segala bidang dan meniru Tiongkok. Pada abad ke-10 Jepang mulai timbul kesadaran nasional namun tetap menggunakan beberapa kebudayaan Tiongkok namun tanpa kehilangan ciri khas Jepang.


Tiongkok dan Mongolia

Mongolia adalah sebagai katalisator dalam sejarah Tiongkok. Karena daerahnya yang meyoritas gurun, maka apabila terjadi sesuatu para penduduk akan turun ke wilayah subur seperti Tiongkok. Karena bangsa ini sering mengganggu, maka dibangunlah temok besar sebagai pelingdung daerah Tiongkok. Walaupun bangsa Mongol tidak menerima tulisan dan tradisi Tionghoa tetapi keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Tiongkok


Sifat-sifat kebudayaan Tiongkok

Kebudayaan Tionghoa dalam perkembangannya hanya menerima sedikit pengaruh dari kebudayaan lain, maka dari itu tidak heran jika kebudayaan ini memiliki sifat khusus. Terdapat dua sifat khusus, yaitu Tulisan Tionghoa dan klasik-klasik Tionghoa yang menjadi alat pemersatu antara bangsa yang hidup di Asia Timur . Ada banyak sekali huruf Tionghoa yang harus dipelajari apabila ingin mahir. Namun, banyak sekali orang-orang Tionghoa, Jepang, Korea dan Vietnam yang mengerti dengan baik bahasa Tionghoa kerana pelafalannya. Di Tiongkok selalu didakan ujian untuk mengangkat pegawai negeri, ujian-ujian ini bahan tamanya adalah ajaran Konfucius seperti yan tercantum dalam klasik-klasik Tiongkok. Dan satu sifat khusus yang lain ialah barang siapa yang berhasil dalam ujian tertinggi dapa menjabat dalam jabatan tertinggi.



Sources:

Tjeng, Lie Tek. 1983. Studi Wilayah pada umumnya, Asia Timur pada khususnya. Bandung: Penerbit Alumni


Tidak ada komentar:

Posting Komentar