Rabu, 28 April 2010

Dasar Berfikir, Pandangan Hidup dan Sistem Kepercayaan Orang Cina Taoism, Confucianism dan Budhism

Peradaban-peradaban tradisi Islam, Hindu, Budha dan tradisi Cina pada umumnya mendominasi dunia timur terutama di daerah Asia Tenggara dan Asia Timur. Peradaban Cina dianggap sebagai pusat kebudayaan di timur karena di anggap sebagai kebudyaan yang paling tua dan terkaya. Yang menjadikan kebudayaan cina kuat adalah sikap fanatisme terhadap tradisi leluhur. Dasar berfikir orang cina berlandaskan pada hakikat keharmonisan antara kehidupan ”langit” dan kehidupan di bumi serta manusia. Seluruh fenomena alam dapat dibagi dalam 2 klasifikasi, yaitu Yin dan Yang. Yin merupakan gambaran mengenai wanita, bulan, arah utara, dingin, gelap (malam) dan segala yang bersifat pasif. Yang menggambarkan prinsip dasar untuk laki-laki, matahari, arah selatan, panas, cahaya (siang) dan segala yang termasuk keaktifan. Segala sesuatu di alam semesta akan bergerak secara seimbang seperti Yin dan Yang dan mengikuti hukum tata kehidupan alam sehingga seluruhnya akan bergerak dengan teratur dan berirama. Ritme atau irama ini yang mengatur jalannya matahari, bintang, bulan, pergantian musim dan lain sebagainya di alam semesta. Ritme ini disebut Tao. Tao adalah jalan Tuhan dan merupakan dasar pemikiran faham ”Taoism”.


”Taoism” adalah ajaran pertama bagi orang cina. “Taoism” didasarkan atas ajaran Tao yaitu suatu jalan yang seharusnya (jalan yang benar/wu-wei). Dengan ajaran Tao diharapkan manusia dapat terhindar dari segala keadaan yang bertentangan dengan ritme alam semesta. Manusia pada hakekat dilahirkan dalam keadaan suci dan baik menurut ajaran Tao ini. Manusia harus hidup dengan jalan Tao agar dapat mempertahankan dan memelihara kesucian serta kebaikan. Untuk menuju jalan Tuhan terdapat lima budi baik yaitu berkelakuan ramah tamah, sopan-santun, harus cerdas, harus jujur dan harus adil. Manusia juga diwajibkan untuk memelihara hubungan baik dengan segala sesuatu yang berada di dunia, baik dengan orang lain maupun dengan semua makhluk lainnya.


Manusia harus memiliki sifat Li yaitu jujur, berkelakuan baik dengan siapapun dan apapun, seperti pada keluarga, tetangga, bumi, langit dan Tuhan. Apabila dilakukan maka tidak akan ada kesedihan dan kesengsaraan di dunia ini. Dalam tradisi Cina , membungkuk merupakan sikap hormat berdasarkan Li. Sikap membungkuk yang paling rendah ditujukan kepada raja, arwah nenek moyang dan kepada dewa. Raja melakukan bungkuk terendah untuk ditujukan kepada “Theein” atau Tuhan. Arah selatan merupakan arah yang paling dihormati, maka setiap bangunan yang bersifat penting dan suci seperti kuil, istana raja, rumah dan lain sebagainya harus menghadap ke arah selatan. Ketika raja menerima rakyat dan tuan rumah menerima tamu juga harus menghadap ke selatan. Dibandingkan dengan arah barat, arah timur lebih dihormati maka dari itu tamu yang dianggap berstatus sosial lebih tinggi, harus duduk di sebelah kiri tuan rumah menghadap ke timur. Sebaliknya, tamu yang dianggaplebih rendah status sosialnya harus duduk di sebelah kanan menghadap ke barat. Apabila kehidupan manusia sesuai dengan li tersebut maka terciptalah suatu keharmonisan antara Thein (Tuhan), bumi dan manusia.


Kebudayaan cina bersifat presistematik dan merupakan kebudayaan tertua di kawasan ini. Penyesuaian diri terhadap alam semesta merupakan kunci keharmonisan. Ide-ide yang terrbentuk dalam pola kehidupan, seperti status sosial seseorang, telah pasti sejak lahir dan akan tetap seperti itu. Demikian pula dengan tugas dan kewajiban yang telah ditentukan. Keluarga besar merupakan yang utama agar dapat meneruskan nama nenek moyang. Untuk itu anak laki-laki lebih di utamakan demi melanjutkan keturunan keluarga. Hubungan keluarga masyarakat Cina adalah patrilineal. Pada tahun 604 SM, Lao-tse kemudian mengajarkan Tao sebagai sabda Theein yang sifatnya tak telihat, tak terdengar atau tak dapat di sebut. Segala sesuatu di dunia bergantung pada Tao. Semua yang terdiri dan terjadi dari Tao akan kembali ke Tao. Tao lebih kecil dari yang terkecil dan lebih besar dari yang terbesar. Seseorang yang mengerti dan menggunakan Tao akan hidup dengan tenang dan tidak akan serakah. Tao akan mengalir dalam tubuhnya dan menjadi kesehariannya. Menurut Lao-tse alam semestalah yang mengatur peredarannya sendiri dan Tao merupakan jalan bagi manusia untuk mencapai kehidupan masyarakat yang ideal serta tenteram.


Confucius membuahkan sebuah pemikiran filsafat sosial yang memimpikan suatu negara kesatuan untuk seluruh daerah Cina dan seluruh peradaban manusia. Impiannya adalah dapat terciptanya suatu masyarakat umat manusia yang ideal. Confucius yakin bahwa untuk menghasilkan moral yang baik, tidak akan bisa dicapai dengan kekuatan raja, bangsawan atau kelas-kelas lainnya, akan tetapi hanya bisa dicapai dengan memelihara upacara-upacara tradisional. Beliau yakin bahwa pembentukan sifat yang baik dan ideal harus diserahkan pada kaum cendekiawan dan sarjana karena mereka adalah para ahli dalam tradisi ritual serta akan mengutamakan kepentingan keluarga. Di negara kita Confuciuanism ini dikenal dengan nama Khong Hu Tju atau Kung Fu Tze. Di Indonesia Khong Hu Chu diakui sebagai agama resmi (Penpres No. I Tahun 1962 dan UU No. 5 Tahun 1969). Ajaran yang penting dari Confucianism adalah lima kebajikan yang disebut Ngo Siang. Kelima Ngo Siang yaitu cinta kasih, adil dan bijaksana, susila dan sopan santun, cerdas dan waspada, jujur dan ikhlas. Inti kesejahteraan masyarakat dan negara terletak pada keluarga. Jika ketentraman keluarga tercapai maka ketentraman masyarakat dan negara akan tercapai pula. Pengikut Confucianism berpendapat bahwa manusia dapat mencapai keharmonisan yang terbaik antara langit dan bumi. Titik berat dari faham ini terletak pada kekuatan manusia, bukan lagi pada fenomena-fenomena alam dengan dunia super-naturalnya. Confucius selalu menekankan pada pemeliharaan sopan santun. Hidup yang benar itu akan dicapai dengan melaksanakan pemakaian kelima kebajikan. Maka dari itu filsafat sosial Confucius telah cenderung ke arah praktek. Ia bersikaf skeptis terhadap hal-hal yang bersifat super natural. Yang penting bagi Confucius adalah realitas kehidupan di dunia yang harus betul-betul di perdalam dan di praktekkan, sehingga akan terciptalah suatu kehidupan masyarakat yang adil dan ideal.


Confucius mengajarkan bahwa kekuasaan harus menggunakan kekuatan untuk membantu melancarkan kebajikan-kebajikan yang dibutuhkan seperti kebaikan, keadilan, kesatuan dan kesetiaan. Dengan ajaran confucius ini perpecahan dapat dihindarkan pada masyarakat Cina pada waktu itu. Para akhli Confucianisme berpendapat bahwa kepandaian untuk menjadi bijaksana merupakan hak tiap orang. Setiap orang berhak untuk mencoba menjadi pegawai pemerintah, bukan hanya monopoli kaum aristokrat. Keluarga merupakan inti dari kehidupan tradisional dan sikap serta penghormatan terhadap orang tua atau nenek moyang mendasari praktek ajaran moral keluarga. Kemudian dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat dan akhirnya menjadi dasar dalam kehidupan di seluruh negara. Mereka menolak perang dan hanya menginginkan perdamaian. Dan untuk menyatukan seluruh orang Cina dimana pun mereka berada, dan agar orang Cina tetap cinta akan nenek-moyang dan negara leluhurnya, maka Confucius juga mengajarkan tentang asas familiisme. Negara Cina dipandang sebagai negara pusat (Midle Kingdom) yang hidup dalam tata-kehidupan peraturan sopan santun confucianisme. Semua yang hidup di daerah luar negara pusat ini di anggap orang liar (barbarism). Meskipun secara formal Cina komunis menolak faham Confucianisme ini, tetapi dalam kenyataannya secara sadar atau tidak, masyarakat Cinamenyesuaikan diri dengan ajaran Confucianisme.


Memang sejak dahulu orang Cina telah mempunyai suatu varietas besar dalam sistim kepercayaannya. Orang Cina yang termasuk golongan berpendidikan percaya dan memuja dewa langit (Hoa Tien), para arwah nenek moyang dan kadang-kadang memuja pula para akhli pikir seperti Confucius, Lao-Tze dan Budha. Sejak dulu, orang Cina intelek telah mempergunakan ajaran Confucius, Lao-Tze dan Budhisme sebagai landasan utama dalam sistem falsafahnya. Nama tokoh-tokoh yang berhubungan erat dengan falsafah dan agama bagi orang Cina sejak dahulu yaitu Lao-Tze, Confucius dan Moti.


Ajaran Budhisme awalnya lahir di India atau di wilayah Nepal sekarang, pada abad ke-1 samapai abad ke-4 SM. Pencetusnya ialah Siddhartha Gautama yang dikenal sebagai Gautama Budha oleh pengikut-pengikutnya. Ajaran Buddha sampai ke negara Cina pada tahun 399 Masehi dan dibawa oleh seorang biksu bernama Fa Xian. Kemudian berkembang ke Cina melalui jalur utara (Silk road, India à Afganistan à Asia Tengah à Cina à Korea à Jepang). Lalu muncul bentuk formatif Budisme versi Cina dan mulai muncul sekolah-sekolah Budisme di Cina. Jalur utara kebanyakan dari mazhab Mahayana. Ada beberapa aliran Budha yang masuk ke Cina, namun hanya aliran Madhyamaka dan Yogācāra yang berkembang di Cina. Pada awal perkembangannya sempat mengalami kesulitan sebab anjuran untuk menjadi Bhiksu bertentangan dengan ajaran mengenai anak laki-laki harus bertanggung jawab dan berbakti pada orang tua dan leluhur.Namun, karena mazhab Mahayana bersifat fleksibel terhadap tradisi dan budaya tanpa menghilangkan inti ajaran Buddha, membuat masyarakat Cina secara luas dapat menerimanya.


Prajñā adalah sekolah yang menganut pahan ‘tiada’ (Benwu), adaptasi dari kosmologi neo Taoisme yaitu segala sesuatu berasal dari ketiadaan dan segala sesuatu akan kembali ke ketiadaan. Dalam ajaran Budhisme, terminologi Taoisme dan Confusianisme yaitu wuwei (jalan yang benar) diterjemahkan menjadi nirvāa. Pada tahun 401, Kumārajīva, seorang Budhis Mahāyāna dari Kucha menuju Changan, Ibu kota Cina. Ia mengerjakan berbagai karya seperti Lotus Sutra, Vimalakīrti Sutra dan Diamond Sutra, dan menjadi terkenal di Cina. Ia memperkenalkan pemikiran Nāgārjuna yaitu Madhyamaka tentang ketiadaan. Kitab Budha yang terkenal di Cina antara lain Āvadana (legenda Buddha and Pahlawan Buddhis) dan Prajñāpāramitā Sutra.


Tripitaka merupakan rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha. Hari Waisak merupakan peringatan 3 peristiwa, yaitu hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Pencerahan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha mangkat mencapai Nibbana/Nirwana. Terdapat beberapa ajaran moral dalam Budhism yaitu:

bertekad melatih diri menghindari melakukan pembunuhan makhluk hidup.

bertekad melatih diri menghindari melakukan pencurian.

bertekad melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila

bertekad melatih diri menghidari melakukan perkataan dusta

bertekad melatih diri menghindari makan makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan menimbulkan ketagihan.


Dalam Budhisme juga dikenal teori reinkarnasi yaitu perbuatan masa lalu akan menentukan menjadi apa kita dimasa yang akan datang. Ada juga teori kausalitas yaitu sebab akibat dan konsep Nirvana yang bertujuan untuk membebaskan diri dari putaran roda hidup dan mati yang dilakukan melalui proses pencerahan melalui perbuatan-perbuatan baik.


Sources:

Tjeng, Lie Tek. 1983. Studi Wilayah pada umumnya, Asia Timur pada khususnya. Bandung: Penerbit Alumni

Budhisme di Cina 汉传佛教; Dasar-dasar Filsafat Cina

www.staff.ui.ac.id/internal/.../material/Budhisme%20di%20Cina%20汉传佛教.ppt

[accessed : 22 Maret 2010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar