Pemimpin atau leader selalu dibutuhkan dalam suatu organisasi atau kegiatan yang melibatkan banyak orang. Pemimpin diibaratkan sebagai warning man yang selalu mengingatkan yang lain untuk tetap mengikuti aturan yang telah ditentukan. Begitu pula dalam hal ekonomi, pemimpin dalam perekonomian dianggap penting untuk menciptakan dan menjaga pasar serta perekonomian dunia. Kaum merkantilis memberikan ide mengenai politik sebagai pemimpin ekonomi yang akhirnya melahirkan teori tentang “stabilitas hegemoni”. Teori ini juga dimasuki oleh elemen liberal, dengan asumsi bahwa kekuatan dominan (hegemon) tidak hanya memanipulasi hubungan ekonomi internasional bagi dirinya, tetapi juga menciptakan suatu perekonomian dunia yang terbuka berdasarkan pada perdagangan bebas yang bermanfaat bagi semua negara yang berpartisipasi dan bukan hanya negara hegemon. Diyakini bahwa kehadiran hegemon pada perekonomian internasional yang bersifat liberal akan mempertahankan perekonomian yang terbuka dan bebas. Tindakan proteksi ekonomi dan membuat kebijakan domestik yang merugikan dunia internasional akan terminimalisir dengan adanya power dari hegemon ini.
Contoh nyata munculnya hegemon dalam dunia ekonomi internasional adalah munculnya Amerika sebagai kekuatan yang mendominasi dunia internasional pasca Cold War. Pada tahun 1930-an, terjadi krisis ekonomi dunia yang melanda seluruh negara. Negara-negara dengan perindustrian yang berkembang mulai membuat kebijakan memproteksi perekonomian dalam negeri. Ini membuat sistem perdagangan dunia menjadi kacau karena negara-negara lebih memperhatikan kebijakan nasional dan hirau pada perdagangan lobal. Kemudian Amerika, yang merasa menjadi negara dengan pengaruh yang dominan, ingin mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin untuk menciptakan perekonomian dunia yang bebas dan liberal. Menurut kaum merkantilis, tidak cukup hanya dengan adanya kekuatan yang dominan, tetapi juga harus ada keinginan untuk mengemban tugas tersebut. Kemudian, juga hrus ada komitmen untuk memelihara tatanan liberal yang telah diciptakan dan untuk mendukungannya bukan hanya dalam keadaan baik tetapi juga dalam keadaan buruk.
Stabilitas hegemoni menciptakan suatu pedagangan liberal yang diperuntukan untuk seluruh kalangan negara. Perekonomian dunia yang liberal dipercaya dapat menciptakan keuntungan bagi semua pihak. Namun, juga tidak terlepas dari adanya free rider yang memanfaatkan kesempatan yang luas dalam perekonomian liberal. Untuk itulah diperlukan adanya hegemon dalam perekonomian liberal untuk mengawasi dan menghukum mereka bila perlu. Hal tersebut pasti akan dilakukan oleh negara hegemon karena ia juga memiliki kepentingan yang besar dalam sistem perekonomian yang ada. Amerika sebagai kekuatan dominan pasca perang dunia kedua mengambil posisi sebagai pemimpin perekonomian dunia dengan mengeluarkan Bretton Woods System pada tahun 1947 yang kemudian memunculkan lembaga-lembaga perekonomian yang penting seperti IMF, Worl Bank, WTO dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu dilakukan oleh Amerika untuk melancarkan kepentingan mereka dalam perekonomian global. Ekonomi mereka anggap sebagai alat untuk mengembangkan pengaruh serta meningkatkan kekuatan politik dan militer. Namun, Amerika juga pernah terjebak dalam jurang ketidakstabilan ekonomi ketika pada awal tahun 1960-an Jepang dan negara-negara di Eropa Barat mulai bangkit kembali perekonomiannya. Hegemoni ekonomi Amerikan mulai diambang batas kejayaan dan terjebak dalam defisit. Kemudian Amerika mulai melaksanakan kebijakan-kebijakan yang memproteksi ekonomi dalam negeri terlebih dahulu dan mereka mulai bertindak sebagai “hegemon predator” . Amerika menjadi lebih peduli terhadap kepentingan nasionalnya sendiri daripada melaksanakan perannya sebagai warning man dalam perekonomian internasioal yang liberal dan bahkan mulai menyalahgunakan kekuatan serta posisinya untuk mengeksploitasi perekonomian negara lain. Sejak saat itu Amerika sudah dianggap tidak lagi mendomonasi perekonomian internasional sebagai hegemon. Gilpin dalam bukunya, menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi dan pengaru Amerika dalam perekonomian internasional telah menurun drastis. Namun hal tersebut kurang disetujui oleh Strange, Russet dan Nye. Mereka beranggapan bahwa Amerika masih kuat dalam segala bidang seperti ekonomi, militer, SDA, SDM, dan lain sebagainya dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Amerika memiliki kemajuan yang sangat baik di bidang teknologi dan juga memiliki aset investasi luar negeri yang sangat besar. Industri jasa serta informasi Amerika sangat menghasilkan, begitu pula dengan industri film, fashion, makanan, yang akhirnya membawa dunia pada budaya Amerika yang kita kenal dengan nama “westernisasi”. Itu juga merupakan salah satu kekuatan ekonomi Amerika yang berkembang cukup signifikan hingga sekarang. Bisa dikatakan bahwa sebenarnya Amerika hanya salah langkah dalam beberapa hal ketika menggunakan kebijakan proteksi saat krisis di masa lalu. Namun, kekuatan Amerika yang besar masih tersimpan rapi di dalam dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengolahnya kembali.
Menurut saya, kemahiran Amerika dalam menyimpan dan mengolah kembali sumber daya negara mereka membuat negara ini, hingga sekarang, dikatakan sebagai hegemoni di segala bidang. Termasuk dalam hal perekonomian dunia. Meskipun Amerika pernah mengalami krisis dan mengakibatkan mereka mengeluarkan kebijakan proteksi, ia tetap menjadi kiblat dari perekonomian negara-negara di dunia. Sampai pada posisi ketergantungan yang berlebih hingga apabila Amerika mengalami krisis, maka negara-negara lain pun akan merasakan dampak dari krisis tersebut, bahkan ikut mengalami krisis juga. Ini membuktikan bahwa Amerika memang memiliki kemampuan untuk menjadikan negara-negara lain ketergantungan padanya. Bahkan hal tersebut terjadi hingga sekarang. Hampir seluruh negara-negara di dunia mengiblatkan perekonomiannya pada Amerika. Amerika menjadi standart pencapaian suatu negara. Lembaga-lembaga seperti IMF, Worl Bank, WTO merupakan lembaga yang dipegang dan dibina oleh Amerika. Jadi dapat dikatakan bahwa Amerika merupakan hegemoni perekonomian internasional hingga saat ini.
Sources:
Sorensen, George and Robert Jackson. 1999. Introduction to International Relations.
Gilpin, Robert. 1987. “The Dynamics of International Political Economy”, dalam the
Political Economy of International Relations. Princeton:
Press, pp. 65-117
Tidak ada komentar:
Posting Komentar