Rabu, 28 April 2010

Great Depression, Keynesianism, and Fordism: Crisis and regulation in International Political Economy

Great depression merupakan krisis yang dialami dunia sekitar tahun 1929. Diawali dengan jatuhnya bursa saham di Wall Street, New York dari tanggal 24 sampai 29 Oktoer 1929. Hal ni menyebabkan menurunnya tingkat perdagangan internasional yang kemudian menimbulkan kemacetan ekonomi. Melemahnya investasi dan tidak adanya modal, mengurangi jumlah produksi. Banyak muncul pengangguran karena di PHK dari perusahaan yang bangkrut dan menimbukan penurunan tingkat konsumsi masyarakat. Jatuhnya nilai saham di New York tidak hanya menimpa investor Amerika melainkan juga investor Eropa terutama yang bergerak di bidang perbankan. Ikatan yang erat antar negara-negara di dunia melalui perdagangan membuat krisis ini cepat merebak ke negara-negara lain di dunia. Kemacetan ekonomi terjadi hampir di seluruh negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Masing-masing negara berusaha menyelesaikan krisis masing-masing dengan mendevaluasi nilai mata uangnya. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40 hingga 60 persen. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti pertambangan dan perhutanan. Kota-kota besar diseluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan gedung-gedung terhenti. Pengangguran membeludak di seluruh dunia.

Keynesianisme dicetuskan oleh John Meynard Keynes pada abad ke-20. Pada umunya, teori kenesianisme ini menolak hikum laissez-faire yang mempercayai bahwa pasar dan ekonomi swasta akan berjalan sendiri sesuai dengan jalurnya tanpa harus ada campur tangan Negara. Keynesianism menganggap bahwa Negara dan ekonomi swasta tetap memegang peranan yang penting dalam perekonomian. Keduanya berjalan secara keseinambungan. Kapitalisme tidak memiliki kecenderungan alami untuk memperbaiki guncangan ekonomi dan menjaga keseimbangan dalam lapangan kerja. Kapitalisme ekonomi menyebabkan pengangguran dan tidak dapat menjamin diri untuk bisa memperbaiki perekonomian dengan sendirinya. Peran pemerintah dianggap penting karena kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat membantu memperbaiki perekonomian dan mengurangi angka pengangguran. Dalam teori Keynes, pengangguran ada dua jenis. Voluntarily unemployed adalah para pengangguran yang memang memilih untuk tidak bekerja di tingkat upah yang ada. Involuntarily unemployed adalah orang-orang yang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang ada tetapi tidak menemukan pekerjaan tersebut dan kemudian menganggur.

Menurut Keynes, kegagalan terbesar dalam mempertahankan tenaga kerja disebabkan oleh total spending failure. Hal tersebut dipicu oleh kurangnya modal yang dimiliki dan minimnya investasi. Tidak mengalirnya investasi akan memperkecil jumlah modal dan menegurangi jumlah produksi dan kemudian menyebabkan PHK. Banyaknya jumlah pekerja yang di PHK, akan memperkecil pendapatan rumah tangga dan kemudian menurunkan tingkat konsumsi masyarakat. Dan inilah yang menurunkan tingkat permintaan pada suatu barang dan menyebabkan kemalasan dalam investasi. Inilah yang diangkat oleh Keynes dalam teorinya, bahwa campur tangan pemerintah diperlukan dalam memperbaiki kondisi pasar yang kacau dan tidak stabil. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah diharapkan dapat meningkatkan jumlah permintaan barang produksi dan mengurangi jumlah pengangguran serta deflasi dalam perekonomian. Campur tangan pemerintah dengan meningkatkan peredaran uang di masyarakat akan mendorong naiknya tingkat konsumsi dan permintaan. Investasi pun akan meningkat karena masyarakat memiliki money save, dengan begitu roda perekonomian akan kembali berputar dan kondisi pasar akan stabil.

Ini merupakan bukti bahwa pemerintah memiliki peranan penting untuk menentukan kebijakan stabilitas ekonomi. Dalam hal penurunan akan permintaan diperlukan tindakan pemerintah dengan menggunakan kebijakan fiskal misalnya, atau dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah, mengurangi pajak, melakukan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga.

Fordisms merupakan sebuah metode manajemen industri yang dicetuskan oleh Henry Ford. Beliau adalah seorang industrialis dari Amerika yang mendirikan dan sekaligus pemilik Ford Motor Company. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1903. Pada awalnya, perusahaan ini tidak langsung mendapatkan kesuksesan. Dua perusahaan milik Henry Ford sebelumnya gulung tikar sebelum akhirnya ia bangkit dan membuat revolusi otomotif dengan membuat model T. Mobil Ford dengan model T ini laku keras dipasaran. Inovasi Henry yang paling utama adalah mengenalkan jaur oerakitan di dalam pabrik mobil. Ia membagi tim mekanik, mengatur para pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan membawa pekerjaan pada mereka melalui ban berjalan. Cara ini membuat waktu yang diperlukan untuk membuat sebuah mobil menjadi berkurang dari 12,5 jam menjadi 1,5 jam. Ini membuat proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Selama 19 tahun kemudian, perusahaannya berhasil menjual 15,5 juta mobil Ford model T di Amerika, 1 juta di Kanada dan 250 ribu di Inggris. Metode manajemen industri ini disebut dengan fordism yang memperkenalkan model industri pabrik modern. Fordisme merupakan sebuah motode manajemen industri yang berdasarkan pada assembly line atau sering disebut metode ban berjalan dalam proses produksi yang bersifat massal. Konsep tersebut menggambarkan proses ekonomi produksi dengan cara membagi proses produksi ke dalam ratusan atau bahkan ribuan unit kecil. Dengan cara tersebut, biaya produksi dapat diminimalkan dan keuntungan akan dapat segera ditingkatkan.

Sources:

Frieden, Jeffrey A. 2006. The Established Order Collapses, dalam Global Capitalism:

Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W. Norton & Co. Inc.,

pp. 173-194

Brown, Michael B. 1995. The Keynesian Model, dalam Models in Political Economy.

London: Penguin, pp. 55-71

Gramsci, Antonio. 1971. Americanism and Fordism, dalam Selections from the Prison

Notebooks. London: Lawrence and Wishart, pp. 277-318

Fitzgerald, Laura. 2004. 30 Success Stories. Jakarta: Buana Ilmu Populer


Tidak ada komentar:

Posting Komentar