Rabu, 28 April 2010

MARXISM and STRUCTURALISM

Kata Marxisme diambil dari nama salah seorang pemikir dari teori ini yang bernama Karl Marx. Teori ini menitik beratkan pada bidang perekonomian. Teori marxisme hadir sebagai sebuah kritikan terhadap beberapa teori liberal. Marxisme tidak setuju dengan pandangan kaum liberal bahwa dunia ini berada dalam kondisi positiv sum game. Marxisme menelaah bahwa dunia yang liberal merupakan tempat eksploitasi manusia dan akhirnya memunculkan perbedaan kelas. Dari hasil adanya kelas tadi akan menimbulkan kondisi zero sum game. Zero sum game merupakan asumsi dari kaum merkantilisme. Dalam posisi ini, marxisme setuju dengan merkantilis bahwa antara politik dan ekonomi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Keduanya akan terus saling bergantung dan terikat satu sama lain. Tapi perbedaannya, jika merkantilis menganggap bahwa politik yang menentukan perekonomian, marxime justru berkebalikan dan menganggap ekonomi sebagai faktor penentu dari stabilitas politik. Politik dan ekonomi sangat erat kaitannya, namun marxis menempatkan ekonomi sebagai yang utama.

Aktor utama menurut marxis adalah kelas-kelas. Menurut kaum marxis, perekonomian kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial yaitu kaum borjuis dan proletar. Kaum borjuis adalah pemilik modal dan alat-alat produksi, sedangkan kaum proletar adalah para pekerja yang hanya bermodal tenaga untuk dijual pada kaum borjuis. Meskipun begitu, Marx tetap memandang kapitalis sebagai sebuah kemajuan karena kapitalisme menghancurkan hubungan produksi sebelumnya seperti feodalisme atau perbudakan dan membuka jalan bagi revolusi sosial dimana alat-alat produksi ditempatkan dalam kontrol sosial bagi keuntungan kaum proletar.

Pandangan kaum Marxis berasal dari dan disebut dengan materialisme. Manusia akan melakukan apa saja demi mendapatkan kekayaan dan harta adalah tujuan utama serta dapat mencapai kekuasaan tertinggi dengannya. Seseorang yang mendominasi dalam perekonomian kapitalis akan cenderung mendominasi pula dalam bidang politik. Menurut Marxis, negara tidak otonom dan digerakkan oleh kaum borjuis yang berkuasa. Peperangan antar negara pun biasanya akibat perseteruan ekonomi antar negara kapitalis. Kapitalis bersifat ekspansif karena selalu berusaha mencari pasar baru bahkan sampai meluas keluar lintas batas negara. Negara yang kelas ekonominya dominan, akan mendominasi pengaruh politik juga dalam sistem internasional.

Segala sesuatu yang dilakukan berdasarkan atas teori kelas, pasti akan mementingkan kepentingan kelas tersebut. Tujuannya pastilah tujuan ekonomis yang ingin dicapai. Marxisme melihat bahwa akan sangat sulit mewujudkan perdamaian dan stabilitas internasional karena dunia akan terus bersifat konfliktual. Yang kaya akan terus semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Sistem perburuhan ini membawa dunia pada tatanan yang tidak seimbang. Mayoritas penduduk dunia menjadi miskin dan mengurangi pola konsumtif dunia. Padahal, kaum borjuis telah memproduksi banyak barang untuk dijual. Namun, hal itu menjadi percuma karena tidak ada yang membeli sebab tidak memiliki uang. Itu disebabkan karena gaji yang diperoleh buruh sangat kecil.

Strukturalisme merupakan sebutan lain untuk Neomarxisme. Semakin kesini, perkembangan ekonomi kapitalis dilihat oleh kaum neomarxis menjadikan terbaginya negara di dunia kedalam tiga bagian. Ini berdasarkan atas analisis Immanuel Wallerstein yang menganggap perekonomian dunia sebagai suatu bentuk pembangunan yang tidak seimbang. Ketidak seimbangan tersebut kemudian meciptakan hierarki dalam dunia internasional (World System Theory). Struktur hierarki tersebut terbagi dalam tiga, yaitu wilayah negara core, semi periphery dan periphery. Negara core merupakan negara yang kaya, negara semi periphery merupakan negara berkembang dan negara pheriphery merupakan negara miskin yang dieksploitasi untuk mensejahterakan negara core. Wallerstein melihat bahwa kapitalisme dunia lambat laun akan mengalami kehancuran karena prinsip pencarian keuntungan yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya krisis dalam perekonomian kapitalis dunia. Pemikir kaum neomarxis lainnya adalah Robet Cox yang melihat bahwa dunia sedang mengalami globalisasi ekonomi yang membawa keadaan semakin hierarkis karena negara core yang menjadi yang utama. Neomarxis juga memberikan kontribusi teori ketergantungan. Teori ini menunjukan ada nya tingkat ketergantungan antara negara-negara di dunia. Negara dunia ketiga tergantung pada negara maju, dan ketergantungannya itu dimanfaatkan oleh negara maju untuk mengeksploitasi negara miskin tersebut. Teori ini muncul sekitar tahun 1950 di Amerika latin dan mencoba menjelaskan kemunduran yang dialami oleh Negara-negara miskin atau dunia ketiga.

Saya melihat bahwa kaum marxis mencoba mengkritik beberapa teori liberal, tetapi tidak melihat adanya solusi yang cukup signifikan dan dapat dipertimbangkan. Namun, teori ini mengingatkan pada negara-negara atau kaum-kaum yang tertidas bahwa hal ini memang benar-benar terjadi dalam dunia nyata dan tidak dapat dihindarkan. Inilah kemudian yang membangkitkan kesadaran kaum tertindas untuk segara bangkit dan membuat revolusi antar kelas serta negara. Kaum strukturalis atau neomarxis mencoba menggambarkan bahwa dunia merupakan arena yang hierakis dan saling ketergantungan diaman negara- negara core membuat negara periphery bergantung kepada mereka dan mengeksploitasinya. Pencarian terhadap Power merupakan alasan dari semua konflik tersebut.

Sources:

Sorensen, George and Robert Jackson. “Introduction to International Relations”. New

York: Oxford University Press

Rudy, T May. 2007. Ekonomi Politik Internasional: Peran Domestik Hingga Ancaman

Globalisasi. Bandung: Penerbit Nuansa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar